Monday, November 21, 2011

Dilema warga perbatasan Indonesia

Dalam berita yang ditayangkan stasiun Trans TV Hari senin siang 2011. Dalam berita tersebut di tayangkan gambar Berupa perjalanan sang Reporter dan Cru yang hendak menuju ke suatu daerah perbatasan antara Indonesia dan Malaysia di Kabupaten Sintang Kalimantan barat. Ada beberapa peristiwa yang harus diperhatikan oleh para petinggi negara dan pemangku kebijakan di pusat jakarta, propinsi Kalbar, Bupati, sampai ke Desa. Agar pembangunan yang sudah diangarkan demikian besar sampai ke sasaran dan tidak di Korupsi. Bila kita melihat pembangunan di daerah perbatasan negara indonesia dengan Malaysia sungguh sangat menyedihkan ibaratlangit dan Bumi pembangunan di indonesia yang hampir tidak ada. sedangkan di malaysia, pembangunan di perbatasan negara sangat bagus terustama akses jalan darat yang sudah di aspal mulus sampai ke desa desa. hampir sebagin wilayah perbatasan dimalaysia di kelola oleh perkebunan sawit dengan tenaga kerja dari penduduk indonesia. Bila kita perhatikan penduduk di daerah perbatasan sebagian besar mereka satu rumpun suku dan Ras. dan bahkan dari mereka ada yang masih satu keluarga. namun karena wilayah administrasi yang memisahkan maka terjadi kesenjangan. dimana ada sebagian warga yang menjadi warga Indonesia karena wilayahnya di indonesia dan ada yang menjadi warga negara Malaysia karena wilayah mereka di malaysia. Bila kita lihat lebih jauh ke dalam perkampungan perbatasan negara Indonesia, mungkin wajar bila suatu saat nanti generasi muda akan memilih menjadi warga negara malaysia hanya dikarenakan faktor pembangunan di malaysia terutama di daerah yang berdekatan dengan pemukiman mereka semakin baik dan sangat jelas ketidak nyamannan di negaranya Indonesia. Masyarakat di perbatasan sering merasakan betapa sulitnya menjual hasil pertaniannya dengan harga yang pantas. untuk menjual hasil pertanianya warga harus menjual ke negara malaysia karena merupakan satu satunya yang terdekat. walau paling dekat mereka harus menenmpu jarak yang cukup jauh 4 jam jalan kaki melewati bukit, sungai yang tak ada jembatanya. setelah sampai di perbatasan malaysia melalui hamparan kebun sawit mereka menumpang kendaraan pick up warga malaysia untuk pergi ke pasar. hampir setengah hari diperlukan untuk memasarkan hasil pertanianya. padahal jaraknya cuma 20 km. hanya karena akses transportasi yang belum ada yang beraspal mulus.

No comments: